Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH - 13, BUKAN KAMBING HITAM Senangnya bekerja di Laboratorium LNG Hammerfest adalah adanya rasa kebersamaan yang kuat atau gotong royong dalam mengerjakan sampel analisis rutin dan non rutin. Terkadang sampel analisis yang ada di Laboratorium sangat banyak sehingga tidak bisa ditangani segera oleh analis yang biasa mengerjakannya. Pada saat itu, maka siapa saja di Laboratorium, entah itu Kepala Seksi, Kimiawan, analis yang lain, biasanya tanpa diminta, akan segera membantu pekerjaan analis yang ’kebanjiran’ sampel tsb. Suatu hari, aku ingat hari itu - hari Jum’at, cukup banyak sampel analisis di Laboratorium, sehingga semua teman – temanku mulai sibuk semuanya dengan pekerjaan analisis-nya. Ada satu jenis analisis, yang belum bisa dikerjakan karena keterbatasan pekerja di Laboratorium, yaitu Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD : Biological Oxygen Demand) untuk sampel air dari buangan kilang LNG. Segera saja, aku bantu temanku yang biasa mengerjakannya analisis BOD tsb.
0 Comments
Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH – 12, JANJI ADALAH JANJI Dalam minggu pertama, aku bekerja di LNG Hammerfest, cukup banyak training atau kursus yang harus diikuti. Mengikuti training di LNG Hammerfest sangat enak karena hampir 90%, materi trainingnya sudah ada dalam program komputer. Kita tinggal datang ke ruangan komputer, kemudian diberikan penjelasan sedikit oleh pegawai dari Seksi Training tentang bagaimana mengoperasikan komputer itu, lalu kita bisa mulai mengikuti training dari komputer itu. Dalam setiap training, hampir selalu ada ujiannya. Kalau kita lulus, maka Surat Keterangan atau Sertifikatnya, bisa langsung di print out atas nama kita. Karena sudah serba pakai komputer, selama training, kita tidak ditungguin oleh pegawai dari Seksi Training. Kalau sudah selesai training, kita tinggal melapor saja ke pegawai tersebut. Karena tidak ditungguin, suasana trainingnya lebih enak dan tidak tegang, kalau bingung dengan penjelasan materi trainingnya atau kesulitan menjawab soal ujiannya, kita bisa tanya teman sebelah kita. Kalau kita ingin minum atau makan kue, tinggal keluar sebentar, kemudian masuk lagi ke ruangan komputer. Kadang aku bawa minuman yang aku sukai, ke ruangan komputer agar lebih rileks. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH – 11, TUGAS PARA BAPAK Ini adalah sekelumit kisah kekagumanku pada bapak – bapak, yang kebetulan punya anak di Hammerfest. Seperti biasanya, dihari libur seperti Sabtu atau Minggu, aku sering main ke toko – toko yang ada di kota Hammerfest. Aku betah sekali masuk toko – toko disana, selain barang – barang yang dijual bagus – bagus kualitasnya, penataan barangnya sangat baik. Dan ini yang aku paling suka, kita sebagai pembeli tidak terlalu diikuti oleh penjaga toko kemana – mana. Penjaga toko di Hammerfest ’cuek – cuek’, kecuali kita mau bertanya atau akan beli barang belanjaan, mereka dengan ramah sekali melayaninya. Pengalamanku belanja di tanah air, kalau kita melihat – lihat barang – barang yang dijual, seringkali selalu diikuti oleh penjaga toko itu. Jadi, kadang, mau melihat dan milih – milih barang jadi agak ’kikuk’. Beberapa kali aku mampir ke toko buku dan toko mainan anak, kulihat suatu suasana yang berbeda dengan toko buku dan toko mainan di tanah air. Hatiku bertanya, ini toko – toko, isinya banyak bapak – bapak dan anak – anak melulu. Mereka sedang beli buku, mainan atau bahkan hanya melihat – lihat saja. Para bapak juga sibuk menggendong anak – anak mereka, mengajaknya bermain sambil memilih jenis mainan yang diinginkan oleh anaknya. Rasanya senang banget melihat para bapak dengan kasih sayangnya, menggendong, berguling – guling di lantai, mengajak anak – anak mereka bermain. Kalau ada yang menangis, dengan sabarnya, para Bapak itu menghibur anak – anaknya agar berhenti menangis. Bahkan dalam sejumlah kesempatan, aku melihat para bapak ini, membawa anak – anaknya ke toko di Hammerfest dengan menggunakan kereta bayi, bukan digendong. Mungkin pemandangan ini, yakni para bapak mendorong kereta bayi di jalan atau trotoar, pasti jarang kita lihat di tanah air. Dalam hati kecilku, alangkah enaknya, jadi para ibu di Hammerfest saat hari – hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Mereka tidak perlu mengasuh anak – anaknya, karena para bapak yang akan mengambil tugas mengajak anak – anaknya jalan – jalan dan bermain. Tapi ternyata, apa yang aku rasakan di hati kecilku, salah sama sekali. Ternyata para ibu di hari libur, mengerjakan banyak pekerjaan rumah yang tidak bisa tertangani selama seminggu seperti membersihkan rumah, mencuci mobil, memasak dan pekerjaan rumah lainnya. Kebanyakan para ibu di Hammerfest adalah juga pekerja, baik formal maupun informal, namun dalam kesehariannya, sebagai ibu yang baik, mereka juga tetap mengurus anak – anaknya. Jadi maklum saja, kalau kemudian, banyak pekerjaan rumah yang tidak bisa dikerjakan pada hari – hari biasa, maksudnya bukan hari libur. Pekerjaan rumah tangga yang belum bisa dikerjakan itu, kemudian dikerjakan pada hari – hari libur. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH – 10, KETIKA MASA TUA Hari ini, hari Sabtu. Salah satu hari yang aku sukai karena hari Sabtu, aku libur kerja. Setiap Sabtu, yang kulakukan biasanya olah raga jalan kaki ke kota atau naik gunung, belanja di mini super market Domus, memasak makanan kesukaanku, nyuci baju dan santai nonton TV. Yang aku paling senangi, kalau pas kebetulan salju turun pagi hari atau habis salju turun lebat pada malam harinya, aku jalan kaki naik gunung. Sepanjang perjalananku naik gunung, semuanya terlihat serba putih tertutup salju. Setelah sampai diatas gunung atau lebih tepatnya perbukitan, aku bisa menatap kota Hammerfest yang serba putih karena rumah – rumah dan gedung - gedungnya tertutup salju. Indah sekali kelihatannya, apalagi disekeliling kota Hammerfest adalah lautan yang berwarna biru tua sehingga kombinasi warna putih dan biru tua sangat serasi. Walaupun terasa sangat dingin udaranya, namun keindahan alam, anugerah Allah SWT, membuatku betah untuk berdiri lama – lama di puncak gunung. Nomor dua yang paling aku senangi adalah berjalan kaki saat salju turun dari tempat tinggalku ke pusat kota Hammerfest. Perjalanannya memang cukup lama yakni sekitar 1 jam dengan jalan kaki yang biasa saja. Mungkin orang – orang Hammerfest sendiri bingung karena kalau salju turun lebat, biasanya malah mereka senang tinggal di rumah. Maklumlah, udara yang dingin dan kadang angin yang cukup kencang, seringkali mengiringi turunnya salju. Justru kondisi seperti itu, aku keluar rumah dan jalan kaki ke kota. Rasanya badan ini nikmat sekali, khususnya mukaku, rasanya seperti dipijit – pijit oleh butiran – butiran salju itu. Walaupun jalan jauh, aku tidak pernah merasakan capek atau pegal – pegal pada kakiku. Penyebabnya mungkin karena suhu udara yang sangat dingin, yang kadang sering sampai dibawah 0 oC, adalah sangat bagus untuk menjaga kebugaran otot – otot kakiku. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH - 9, SEBUAH ETOS KERJA Aku lupa namanya, tapi yang jelas, dia seorang wanita keturunan Rusia, yang bekerja sebagai pekerja cleaning service atau petugas kebersihan di kantor LNG Hammerfest – Norwegia. Kita sebut saja, namanya Diana. Aku kenal dengannya, karena hampir setiap hari aku lewat bagian depan kantor LNG Hammerfest, tempat dimana Diana bekerja. Beberapa kali, aku dan Diana saling tegur sapa. Tentunya, kita saling bertanya, dari mana asal negara kita masing – masing dan apa pekerjaan kita di LNG Hammerfest. Satu hal yang aku kagumi dari Diana bahwa dia tidak pernah merasa canggung atau bahasa keren-nya ’minder’ saat bercerita tentang pekerjaannya. Dengan bangga, Diana mengatakan dia sangat senang bisa bekerja di LNG Hammerfest sebagai petugas cleaning service. Walaupun dia seorang pekerja Kontrak, bukan pekerja Permanen LNG Hammerfest, namun Diana selalu semangat kalau sudah cerita tentang pekerjaannya. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH - 8, SEBUAH MATA UANG Hammerfest, walaupun bukan sebuah kota besar di Norwegia, atau mungkin lebih tepatnya sebuah kota kecil di Norwegia, namun fasilitasnya sangat lengkap dan sangat modern. Mulai dari bank, ATM (Automatic Teller Machine), pertokoan, restaurant, museum, pelabuhan, lapangan terbang, tempat rekreasi, bengkel, pom bensin, dealer motor dan mobil sampai tempat pelabuhan perikanan ada di Hammerfest. Semuanya itu dibuat dengan menggabungkan teknologi maju namun tetap mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Norwegia. Berbicara tentang pertokoan, ada sebuah mini super market di Hammerfest, yang sangat aku sukai, kalau aku belanja keperluanku setiap minggunya. Nama mini super market itu adalah Domus. Walaupun ukurannya tidak terlalu besar, tapi lengkap sekali jualannya. Makanan, minuman ringan seperti juice, fanta, coca cola sampai minuman keras, beras, sayuran, buah – buahan, bumbu – bumbu dari Norwegia, Cina sampai Thailand, ikan asin, chocolate, baju, gunting, potongan kuku, pembalut wanita dll. dijual setiap harinya di Domus. Pokoknya sangat lengkap untuk kebutuhan kita sehari – hari. Penataan barang – barang yang dijual itu, yang buat aku betah, rapih banget, bersih dan enak dipandang mata. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 6, SANG SOPIR BIS Salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan saat hari libur, Sabtu dan Minggu adalah rekreasi ke tempat wisata di sekitar Hammerfest. Perusahaan menyediakan fasilitas bis eksekutif untuk rekreasi kepada seluruh karyawan beserta keluarganya setiap minggu. Memang tidak gratis, tapi harga tiket bisnya sangat murah dan kita sebagai karyawan, hanya membayar separoh dari harga tiket itu. Pertama kali perjalanan wisata yang aku ikuti adalah pergi ke perkampungan wisata Rumah Sammy (Sammy House). Perkampungan ini terletak di perbatasan antara Norwegia dan Finlandia. Jaraknya kutaksir dari Hammerfest sekitar 120 - 130 km karena akan ditempuh dengan bis selama kurang lebih 2 jam. Sammy adalah nama penduduk asli Norwegia jaman dulu, dan keturunannya terus berkembang sampai sekarang di Norwegia. Karena rekreasi ke Sammy House akan dilakukan pada hari Sabtu, maka hari Jumat, aku membeli tiket bis 2 buah, untukku dan istriku. Selain kami berdua, ketiga teman Indonesiaku juga membeli tiket bis yang sama. Terbayang olehku, besok, hari Sabtu, aku akan melihat seperti apa sebenarnya penduduk asli Norwegia. Aku bertanya dalam hati, ”Apakah mereka juga, secara fisik, sama dengan teman - teman Norwegiaku di Hammerfest?”. Aku juga sangat ingin tahu tentang bagaimana kebudayaan asli Norwegia jaman dulu. Maklumlah, saat ini, Norwegia telah menjadi bangsa yang maju dan mempunyai kehidupan sehari - hari yang sangat modern. Hari Sabtu, tepat jam 7 pagi, bis wisata sudah menjemputku di depan Dormitory, tempat aku dan istriku tinggal di Hammerfest. Aku gembira karena bisnya datang tepat waktu sesuai rencana. Ada hal yang agak lucu, ketika kami semuanya naik bis. Kulihat teman - teman Norwegia-ku, yang sudah naik duluan, mengambil tempat duduk di belakang semua. Sedangkan, aku, istriku, dan ketiga temanku, tanpa pikir panjang, langsung duduk di bangku kosong bagian depan. Hati kecilku bertanya, kenapa teman - teman Norwegia-ku yang naik duluan dari kita, tidak duduk di bangku depan atau bangku tengah. Selidik punya selidik, ternyata mereka merasa nyaman duduk di belakang karena alasan keselamatan. Jelas saja, kalau terjadi kecelakaan, misalnya tabrakan, penumpang yang duduk di depan akan punya resiko yang tinggi, untuk mengalami cidera. Tapi buat kita semua yang dari Indonesia, rasanya lebih nyaman duduk di depan, karena bisa langsung melihat jalanan di depan. Tentang keselamatan, bukanlah jadi prioritas utama, mungkin akan jadi faktor kesekian! Setelah bis mulai berjalan, kunikmati pemandangan yang elok seputaran Hammerfest, laut dan gunung batu yang indah serta beraneka macam model rumah penduduk Norwegia. Rumah mereka, selalu punya warna cat yang cerah, jendela - jendela yang selalu ada bunga dan lampu di sisi dalamnya, termasuk garasi mobil yang unik. Jalannya bis juga cukup pelan, sekitar 60 km/jam, dengan jalanan yang mulus, membuat jadi mengantuk. Setelah melewati beberapa terowongan, aku tak tahan, akhirnya mulai tertidur. Orang Norwegia memang hebat dalam hal membuat terowongan. Gunung - gunung batu cadas, kemudian dibor dan dibuat terowongan yang nyaman untuk dilewati kendaraan. Bagian dalam terowongannya dibiarkan begitu saja, tanpa dirombak atau dipoles lagi, sehingga nampak alur - alur batuan aslinya. Indah sekali kelihatannya. Entah berapa lama, aku tertidur tapi sepertinya tidak lama, mungkin 15 menit. Kulihat bis memasuki jalan yang lurus, lebar, mulus sekali dan tidak ada kendaraan lainnya. Tanpa sengaja, kulihat plang pembatasan kecepatan mobil yang melewati jalan ini. Kecepatan maksimum mobil yang diperbolehkan adalah 60 km/jam. Aku coba melihat speedometer bis yang aku tumpangi, ternyata bis berjalan dengan kecepatan persis 60 km/jam. Aku mengira mungkin bis ini, akan nambah kecepatannya melebihi 60 km/jam, supaya cepat sampai ke tujuan. Karena kulihat jalannya lebar dan lenggang sekali, tidak ada mobil lainnya, yang lewat. Kuperhatikan hampir 30 menit, sopir bis tetap tenang saja menjalankan bis dengan kecepatan 60 km/jam. Kulihat sekelilingku dalam bis, rupanya teman - temanku juga pada tertidur. Memang enak sekali naik bis, kalau sopirnya bisa mematuhi batas kecepatan yang ditentukan, tidak ugal - ugalan. Kekagumanku akan kepatuhan sopir bis ini untuk mematuhi peraturan lalu lintas, ternyata tak berhenti sampai disini. Selang 10 menit kemudian, di depan bis ada mobil sedan, yang kecepatannya mungkin sekitar 50 km/jam. Rasanya sebagai penumpang, aku jadi nggak sabar agar sopir bis segera menyalip saja sedan itu. Tapi dugaanku, sekali lagi, ternyata salah. Kupikir mobil sedan itu, pasti akan segera disalip oleh bis. Justru bis yang mengurangi kecepatannya, dan mengikuti sedan itu pada jarak yang aman. Walaupun jalan sepi dan tidak ada rambu larangan menyalip kendaraan, sopir bis tidak mau menyalip mobil di depannya. Baru sampai akhirnya, mobil sedan belok ke kiri, bis ini menjadi sendirian lagi di jalan raya. Luar biasa sabarnya, sopir bis ini. Kalau kulihat, sopir bis ini masih muda, tapi emosinya di jalan raya, demikian bagus terkontrol. Kadang kala anak muda, kalau lagi di jalan raya, apalagi seperti jalannya bagus mulus, maunya jadi seperti pembalap. Ujung – ujungnya, kebut - kebutan di jalan raya dan terjadi kecelakaan lalu lintas. Sambil menikmati pemandangan pantai nan biru di sepanjang jalan yang lurus ini, kembali terbayang semrawutnya lalu lintas di tanah air. Kubayangkan kalau separo saja, sopir angkutan umum dan mobil pribadi, mau tertib sesuai aturan lalu lintas, mestinya Jakarta tidak akan semacet seperti sekarang. Pengendara motor juga mau dengan sadar ikut tertib berlalu lintas, rasanya enak sekali naik kendaraan di tanah air. Faktanya di tanah air, sopir yang ugal - ugalan, pengendara motor yang tidak sabaran, jalan tol dijadikan arena balap mobil dan tidak adanya rasa saling menghormati sesama kendaraan. Lebaran tahun ini, 2010 di tanah air, aku baca di running text Metro TV, jumlah kecelakaan sebelum dan sesudah lebaran, lebih dari 1200 kecelakaan. Korban meninggalnya lebih dari 200 orang. Ini sungguh angka fantastis, menyamai rekor korban meninggal pada bom Bali. Kita lebih takut dengan ledakan bom, padahal sebenarnya selalu ada bom di jalan raya, akibat kita tidak pernah mau taat sama peraturan lalu lintas. Kita, sesama bangsa Indonesia, saling bunuh membunuh di tanah air, yaitu di jalan raya !. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH – 5 , SANG POLISI WANITA Aku sungguh tak menyangka suatu saat bisa merasakan bekerja di perusahaan Minyak dan Gas Norwegia, Statoil. Terus terang, saat aku berangkat bersama ketiga temanku dari Indonesia ke Norwegia, banyak kusimpan pertanyaan atau mungkin lebih tepatnya disebut kecemasan. Apakah aku bisa beradaptasi di sana? Apakah aku bisa bekerja sama dengan orang Norwegia? Apakah kalau ada masalah, ada banyak orang bisa membantuku? Kusadar bahwa aku bukan bekerja di kota besar Norwegia, tapi aku akan bekerja di sebuah kota kecil, yang bernama Hammerfest. Disitulah, letak kilang LNG Hammerfest milik Statoil, tempat dimana aku akan bekerja. Kucoba lihat peta, ternyata kota itu terletak paling utara di Norwegia, bahkan dekat dengan Kutub Utara. Aku hanya berdoa saja kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan untuk bekerja di kota yang sudah pasti, akan sangat dingin. Setelah hampir seminggu bekerja di Hammerfest LNG, aku dipanggil oleh petugas personalia, namanya Merethe, di kantornya. Merethe, orang asli Hammerfest, bergelar Sarjana Hukum dari Amerika dan yang jelas, sangat ramah kepada siapapun. Intinya, besok aku diminta ke kantor Polisi untuk mendaftarkan diri sebagai penduduk baru yang bekerja di Hammerfest. Tentu saja, setelah aku mendapatkan Surat Ijin Kerja dari Kepolisian, Polisi Hammerfest akan punya tanggung jawab juga melindungiku selama aku bekerja di Hammerfest. Ternyata aku tidak akan sendirian ke kantor Polisi, tapi ketiga temanku dari Indonesia juga ikut. Merethe menemani kami semua untuk pengurusan Surat Ijin Kerja di kantor Polisi Hammerfest. Setelah antri dengan tertib, aku mendapatkan beberapa lembar formulir untuk diisi. Aku mulai menyadari pentingnya kehadiran Merethe sebagai penterjemah, karena memang petugas polisi, yang kebetulan Polisi Wanita atau Polwan, kurang bisa berbahasa Inggris. Selain itu, formulir yang aku isi, banyak kalimat - kalimatnya memakai bahasa Norwegia. Setelah selesai mengisi semua formulir yang diberikan, segera kukembalikan formulir itu kepada petugas Polwan. Dengan senyum ramah, dia menerimanya dan memberitahuku bahwa Surat Ijin Kerja dari Kepolisian akan selesai 3 hari lagi. Jam 9 pagi, 3 hari kemudian, aku diminta mengambil Surat Ijin Kerjaku. Ucapan Polwan itu sempat membuatku merenung, ”Apakah benar Surat Ijin Kerjaku bisa diambil 3 hari lagi, tepat pada jam 9 pagi?” Maklumlah, pengalamanku di tanah air, sangat sulit untuk menentukan, jam berapa urusanku di Kepolisian akan bisa selesai. Misalnya saja, urusan perpanjangan SIM dan STNK kendaraanku. Hampir tidak bisa aku mengetahui, pada jam berapa SIM dan STNK kendaraanku akan selesai di proses di Kepolisian! Selesai urusan dengan kantor Polisis, hari - hari berikutnya, aku lalui dengan kesibukanku yang cukup padat di Laboratorium LNG. Tanpa terasa 3 hari telah berlalu, aku teringat akan Surat Ijin Kerjaku yang harus aku ambil di Kepolisian hari ini. Tapi karena kesibukanku, aku berpikir, nanti sajalah sebelum makan siang, jam 11-an, aku akan ke kantor Polisi. Tanpa kusadari, aku telah meremehkan ucapan petugas Polwan, yang mengatakan jam 9 pagi, aku bisa mengambil ijin kerjaku di Kepolisian. Tepat jam 9.10 pagi, Merethe tergopoh - gopoh datang menemuiku di Laboratorium LNG. Aku berpikir pasti ini ada hal penting yang akan disampaikan kepadaku. Karena baru kali ini, Merethe datang ke Laboratorium LNG menemuiku. Biasanya, kalau ada hal yang ingin disampaikan padaku, dia akan telepon dan minta aku datang ke kantornya. Dengan wajah agak tegang, Merethe menegurku, ”Kenapa jam 9 pagi, kamu tidak pergi ke kantor polisi untuk mengambil Surat Ijin Kerja-nya?”. Aku terkejut dan merasa sangat tidak enak hati menerima teguran itu. Biasanya Merethe sangat ramah, namun kali ini, dia kelihatan agak kesal denganku. Merethe menjelaskan bahwa petugas Polwan barusan meneleponnya, menanyakan kenapa aku belum muncul di Kantor Polisi untuk mengambil Surat Ijin Kerjaku. Rupanya karena telepon itu, Merethe kelihatan kesal padaku. Dia kesal karena aku tidak menepati janji dengan petugas Polwan di Kepolisian. Kemudian, tanpa banyak bicara lagi dengan Merethe, aku minta ijin kepada Kepala Laboratorium LNG untuk segera pergi ke Kantor Polisi. Tak lupa, aku minta maaf kepada Merethe atas keteledoranku pagi ini. Sesampainya di Kantor Polisi, ternyata benar, Surat Ijin Kerjaku sudah selesai. Teguran kedua, aku terima dari petugas Polwan, bahwa semestinya aku tidak terlambat mengambil Surat Ijin Kerjaku. Tak ada lagi kata - kata keluar dari mulutku, kecuali minta maaf padanya. Dengan tersenyum, segera dia berikan Surat Ijin Kerjaku termasuk Pasporku. Ternyata aku juga baru tahu, bahwa untuk pengurusan Surat Ijin Kerja dari Kepolisian tidak dipungut biaya sepeser pun! Aku berpikir, aku yang bukan warga negara Norwegia saja, diperlakukan demikian baiknya, apalagi warga negara Norwegia sendiri! Sepanjang perjalananku dari kantor Polisi ke Laboratorium LNG, aku hanya membayangkan betapa nyamannya, kalau semua urusanku dengan kantor Pemerintah, entah itu, Kelurahan, Kecamatan, Kepolisian, Imigrasi dsb. di tanah air bisa seperti ini. Semuanya bisa serba tepat waktu dan bila perlu, tidak ada pungutan atau biaya sama sekali. Kita sebagai warga negara sudah taat membayar pajak, semestinya semua biaya administrasi, entah itu, KTP, Surat Kelahiran, Surat Kawin, SIM dsb. bisa ditanggung oleh Pemerintah. Kita sebagai warga negara punya hak untuk dilayani dengan sebaik - baiknya oleh aparatur Pemerintah. Namun prakteknya di tanah air, sangat sulit untuk mendapatkan pelayanan dari aparatur Pemerintah dengan tepat waktu, dibuat serba mudah urusannya dan bahkan tanpa biaya sama sekali. Sekarang mulai banyak Instansi di tanah air yang memasang pengumuman tentang berapa lama waktu untuk pengurusan sebuah Surat Keterangan dan jumlah biaya yang diminta. Tetapi sekali lagi, pengalamanku mengatakan semuanya itu hanyalah slogan saja, semuanya perlu waktu yang lebih lama, berbelit - belit dan terkadang ada tambahan biaya sana sini! Aku sebenarnya bingung apa penyebabnya semua itu. Mungkin karena banyaknya penduduk Indonesia atau tidak efisiennya aparatur Pemerintah kita. Mungkin juga ada oknum aparatur yang ingin mengambil keuntungan finansial alias duit dari pelayanan yang diberikan ke masyarakat. Padahal jumlah aparatur Pemerintah kita sudah sangat banyak dan diberikan gaji yang cukup layak. Darimana gaji mereka kalau bukan dari uang rakyat seperti pajak! Mungkin saat ini adalah mimpi buatku, dimana akan ada sebuah kejadian tentang pelayanan aparatur Pemerintah. Misalnya, pegawai Kecamatan atau Kelurahan menelponku, ”Pak Alief, ini KTP-nya sudah jadi, tolong segera diambil! Tidak usah bawa uang karena biayanya sudah ditanggung Negara!” Helfia Nil Chalis. Belajar Bisnis Internet. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 4, SANG PEROKOK BERAT Nikmatnya ikut training di LNG Hammerfest adalah cukup banyak frekuensi istirahatnya. Rasanya, kita menjadi tidak bosan dengan materi training yang disampaikan, walaupun materinya cukup sulit untuk dipelajari. Misalnya, kita mulai training jam 8.00 pagi sampai menjelang makan siang jam 12.00, hampir setiap 1 atau 1.5 jam sekali istirahat. Waktu istirahatnya tidak lama, hanya sekitar 15 menit. Jadi, dalam selama 4 jam training, bisa 3 atau 4 kali waktu istirahatnya. Pengalaman ikut training di tanah air, aku paling banter bisa menikmati waktu istirahat sebanyak 1 kali atau paling banyak 2 kali selama 4 jam training. Memang waktu istirahatnya lebih lama, yakni 30 menit. Kalau kebetulan materinya kurang menarik atau penyajiannya membosankan, maka ngantuklah yang akan menemaniku selama training. Apa yang aku lakukan pada saat istirahat training adalah sama saja, baik di tanah air maupun di Hammerfest. Aku makan kue, minum minuman kesukaanku, ke toilet dan ngobrol dengan teman – teman sesama peserta training. Kalau yang suka merokok, pastilah menghisap 1 atau 2 batang rokok merupakan hal yang tak bisa dilupakannya. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH – 2, MUSIBAH BADAI SALJU Pagi ini, aku semangat sekali berangkat ke kantor, sebuah Laboratorium LNG. Cuaca pagi yang cerah, walaupun dingin, sekitar - 5 oC, menyertai suasana hati yang riang sepanjang perjalanan ke kantor. Siang ini, sekitar jam 10 pagi, aku akan pulang cepat dari kantor dan selanjutnya berangkat liburan ke Indonesia. Aku mendapat libur 2 minggu, setelah bekerja selama 6 minggu di Hammerfest LNG. Pengaturan kerjaku di Hammerfest LNG mengikuti ketentuan kontrak yang sudah aku sepakati dengan Statoil - perusahaan Minyak dan Gas Norwegia. Aku kerja 6 minggu di Hammerfest LNG dan libur 2 minggu di Indonesia. Biaya pulang ke Indonesia dan kembali ke Hammerfest ditanggung sepenuhnya oleh Statoil. Setelah sampai di kantor, teman – teman menyalamiku, mengucapkan selamat jalan. Tak lupa, mereka menitipkan salam hangat untuk keluargaku di tanah air. Betapa gembiranya hari ini, terbayang aku akan bertemu dengan keluarga dan makan masakan kesukaanku lagi. Walaupun ada di kantor, aku tak bekerja seperti biasanya, namun hanya membuka dan membalas email saja yang masuk ke inbox – ku. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|